Sang preman
Yang jahat dan nakal
Meringkus insan tak berdosa
Merampas mainan anak tak ternoda
Disebuah warung dekil
Ia Makan dengan lahapnya
Tak peduli seorang tua keriput
Meminta sesuap sedekah darinya
Di suatu kala..
Tersandar sebuah novel dihadapnya
Laskar Pelangi mulai merekah
Sampulnya penuh kenangan tak terduga
Preman itu takjub
Preman telah tanduk
Selangkah Ia maju
Sekedip mata Ia melihat
Preman itu membaca novel
Terhirau sampul penuh cerita
Semua insan terheran-heran
Melihat Sang Preman tunduk membaca buku
Laman
Assalamu'alaikum :)
Rabu, 28 September 2011
Sahabat Kebersamaan
Kenangan itu bukan untuk di lupakan atau di benci
Dikenang, itulah intinya
Sakit yang terjadi, merupakan pembelajaran untuk menjadi yang lebih baik
Kebencian sering terjadi, tapi kepedulian hati kecil tetap tumbuh seiring senyuman indah
Sekalipun pernah saling menyakiti,
Aku dan Kamu pernah menjadi Kita
Kita yang mengukir kenangan indah dan 'kelam'
Hanya ada satu cinta, Cinta pada Tuhan Yang Mahaesa
Puisi Sejarah : Lawang Sewu
Sebuah gedung tua
Tiada satupun insan terlihat
Tak sepatah kata terdengar
Daun-daun berguguran
Membuat lusuh halaman sang jeruji
Di sanalah pemberhentian kesuma kita
Di jeruji bawah bumi pertiwi
Dalam kelam dan sempit
Mereka bertahan hidup
Mereka berjuang demi nusantara
Rela berkorban jiwa dan raga
Walaupun tersiksa hati dan raga
Mereka setia pada Merah Putih
Tetap semangat merebut Indonesia
Masih berkobar niat mereka
Apakah mereka bersalah?
Atau penjajah sunggulah hina
Keji terhadap kesuma bangsa
Membunuh insan tak berdosa
Gedung itu merekam janji
Gedung itu merupakan saksi
Perjuang tanpa henti kesuma bangsa
Demi kemerdekaan Indonesia
Tiada satupun insan terlihat
Tak sepatah kata terdengar
Daun-daun berguguran
Membuat lusuh halaman sang jeruji
Di sanalah pemberhentian kesuma kita
Di jeruji bawah bumi pertiwi
Dalam kelam dan sempit
Mereka bertahan hidup
Mereka berjuang demi nusantara
Rela berkorban jiwa dan raga
Walaupun tersiksa hati dan raga
Mereka setia pada Merah Putih
Tetap semangat merebut Indonesia
Masih berkobar niat mereka
Apakah mereka bersalah?
Atau penjajah sunggulah hina
Keji terhadap kesuma bangsa
Membunuh insan tak berdosa
Gedung itu merekam janji
Gedung itu merupakan saksi
Perjuang tanpa henti kesuma bangsa
Demi kemerdekaan Indonesia
Jumat, 23 September 2011
Sepenggal Pagi
"Baju putih udah, dasi udah, kaos kaki udah, apa lagi ya..." kataku semangat sambil ngecek peralatan sekolahnya. Nggak perlu bingung, besok itu pemilihan ketua OSIS, Pensi dan pembagian pengumuman KIR, semua hal penting untuk aku. Semalaman aku memikirkan apa yang terjadi besok, apa aku akan bahagia? ataukah apa aku akan menangis? dan mungkin saja aku berdusta, mungkin tidak untuk menangis, karena aku sudah berjanji tidak akan menangis. Ceritanya panjang untuk sebuah kalimat, singkat kata, seperti yang uda aku katakan, aku hanyalah seorang cewe' polos yang terperangkap dalam hati seseorang yang tak tahu mengapa selalu kusayangi.
Aku mulai dengan bangun super duper telat, jam 05.30 booo..... Sudah ngga ada angkot kale, terpaksa deh aku nebeng teman kursus yang kebetulan sejalan. Tapi aku tetep ngga enak, ngerepotin kakak pagi-pagi.
Ini nih, beneran kan perkiraanku, proposalnya telah menuai banyak kontraversi. Alhamdulillah yah aku bawa cadangan kertas.Segera aku dan Hanun, seorang kawan yang setyia menemaniku, berlari-lari mencari sosok printer.Setelah sang printer ketemu, Alhamdulillah semua selesai dan aku serahkan semuanya pada yang di atas lah (wah kalo yang di atas gue orang, kasian orangnya kudu nenggung semua yah)
****
****
"Hanun, tunggu, aku mau ambil soal lomba, kemarin aku ngedit proposal jadi ngga bisa ngerjain" teriakku melesat kumpulan siswi kelas sampingku yang terkenal suka nongkrong. Di samping hari ini banyak acara, hari ini merupakan hari terakhir masuk sekolah sebelum liburan panjanghari raya. Aku sebagai Ketua Ektrakurikuler KIR (aduuuh promosi), harus mengajukan proposal out bond sebelum liburan. Nah, masalahnya bukan hanya KIR yang harus aku urus hari ini "SEBEL DEH".
****
Aku mulai dengan bangun super duper telat, jam 05.30 booo..... Sudah ngga ada angkot kale, terpaksa deh aku nebeng teman kursus yang kebetulan sejalan. Tapi aku tetep ngga enak, ngerepotin kakak pagi-pagi.
Ini nih, beneran kan perkiraanku, proposalnya telah menuai banyak kontraversi. Alhamdulillah yah aku bawa cadangan kertas.Segera aku dan Hanun, seorang kawan yang setyia menemaniku, berlari-lari mencari sosok printer.Setelah sang printer ketemu, Alhamdulillah semua selesai dan aku serahkan semuanya pada yang di atas lah (wah kalo yang di atas gue orang, kasian orangnya kudu nenggung semua yah)
****
Langganan:
Postingan (Atom)