Aku berdiri di samping makam Nina, sahabat terbaikku sejak
sekolah menengah pertama. Dia cewe’ berparas cantik, berwawasan luas, lucu, dan
cepat bergaul. Aku tidak menyangka, dia
lebih dahulu dipanggil Tuhan ke Surga.
Aku selalu ingat saat-saat bahagia bersamanya, kenangan itu
sangat banyak terutama perkemahan terakhirku dengannya. Beberapa bulan yang
lalu, sekolah kami mengadakan Perkemahan di daerah Puncak, Bandung. Tentu saja
seluruh siswa antusias terutama Nina, dia adalah cewe’ paling bersemangat yang
pernah aku temui. Diperkemahan itu, kami bertemu Kak Jojo, dia kakak pembina
pramuka yang ikut membimbing acara perkemahan. Kak Jojo meamang tampan dan
berwibawa, sejak awal bertemu, aku sudah jatuh hati kepadanya. Kak Jojo pun
selalu bersama aku dan Nina. Aku selalu bercerita tentang Kak Jojo pada Nina
dan Nina selalu memberiku saran yang baik. Nina tahu apa yang membuat aku
senang, dia menghiburku saat aku sedih, dan dia seperti ragaku ketika aku tak
kuat menghadapi cobaan.
Tiga hari perkemahan telah berlalu dengan bahagia sampai
akhirnya kejadian itu terjadi. Kak Jojo mengajak Nina jalan-jalan di hutan dan
aku mengizinkannya mengingat aku masih memasak mie. Diperkemahan, tanpa Nina,
aku dan teman sekelasku bernyanyi dan bermain tebak kata. Tiba-tiba Kak Jojo
datang menggendong Nina, ada apa dengan Nina?