Minggu, 29 Juni 2014

Artikel Lingkungan dan Dalil : Bencana Salah Siapa?


Dari beberapa waktu kebelakang, banyak terjadi bencana alam di Indonesia. Bencana alam tersebut seperti banjir Menado dan Mojoagung, gunung meletus di Sinabung dan Kelud, serta tanah longsor di Desa Ngrimbi, Bareng. Banyak korban jiwa dalam situasi tersebut, orang-orang kehilangan rumah, kehilangan materi dunia bahkan kehilangan anggota keluarga. Jika kita perdalam tentang penyebab terjadinya bencana-bencana tersebut, tidak lain berasal dari kegundulan hutan, penyumbatan air sungai, atau lebih tepat disebut kerusakan lingkungan. Manusia tidak dapat memungkiri bahwa kejadian-kejadian tersebut erat kaitannya dengan perilaku pola hidup manusia memperlakukan alam. Sebagai makhluk bertuhan, dalam keadaan yang sulit, manusia akan mendekatkan diri kepada Allah ataupun bisa bertambah jauh dengan menyesalkan apa yang terjadi. Namun perasaan tersebut tidak seharusnya ada karena mengacu pada QS. Ali Imran (3):ذَلِكَ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ لَيْسَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ(Adzab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya.
            Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa azab atau bencana atau ketidak beruntungan yang terjadi merupakan dampak dari perbuatan manusia sendiri. Allah selalu menyayangi  hambaNya dan tidak berniat sedikitpun untuk menganiaya. Maka sebaiknya kita intropeksi diri untuk menjadi yang lebih baik, dengan memulai hidup go green. Aksi go green tidak terbatas pada reboisasi ataupun membuat pintu air agar air sungai dapat mengalir. Sebagai pelajar, kita dapat mengaplikasi aksi go green dalam kehidupan sehari-hari, seperti membuang sampah pada tempat yang disediakan, tidak merusak tanaman, tidak mencoret-coret fasilitas umum, ataupun turut memelihara tanaman yang ada disekitar lingkungan. Jika kita mampu, hendaknya manusia menanam pohon di sekitar lingkungan demi kelangsungan hidup manusia sendiri, diketahui bahwa pohon merupakan sumber oksigen dan air untuk dunia, seperti yang ada pada hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :… قَالَ رَسُولُ اللَّهِ e مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْ بَهِيمَةٌ إِلَّا كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ Artinya :“…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).


Selain untuk menanam dan memelihara tanaman, sepantasnya kita memelihara substansi yang dihasilkan oleh pohon yang kita tanam yaitu air. Dalam agama Islam, air merupakan tonggak dilaksanakannya ibadah mengingat berwudhlu alaha menggunakan air, bukan yang lain. Oleh karena pentingnya air, kita harus menjaganya agar tetap lestari dan tidak menyia-nyiakan sumber air yang ada. Hal tersebut  mengacu pada salah satu hadist riwayat Abu Daud yang berbunyi : Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. Dari hadist tersebut, penekanan awal terjadi pada sumber air yang menunjukkan betapa Islam mengharuskan untuk menjaga lingkungan. Dengan manusia menjaga lingkungan maka sama saja kita menjaga kelangsungan kesejahteraan hidup manusia untuk masa yang akan datang.

**dari berbagai sumber