Minggu, 22 September 2013

Puisi Tentang Pengabdian Ibu : Sadarkah Sang Anak?


Tuhan menciptakan, Tuhan menginginkan
Seorang wanita tua
Dia tak pernah tidur
Mulutnya tak akan pernah diam
Teliga dan hatinya tak pernah menutup
Tangannya lemah, tapi selalu menengadah
Ingatkah?
Ketika dia membelai halus rambutmu
"Nak bangun, sudah siang"
Tapi apa yang terlontar dari mulut manismu?
Sadarkah?
Ketika dia baru saja menghela nafas
Kau banting pintu yang dibeli dari keringat ayahmu
Hanya karena seragam sekolah yang tak licin oleh setrika
Itukah?

Itukah air tubamu untuknya
Padahal dia memberimu lebih dari susu
Kau habiskan separuh hidupmu untuk melukai
Melukai goresan merah dihatinya
Namun dia tetap sabar
Tak berhenti untuk menjadi malaikat untukmu
Bukan sebagai pembantu yang menurutimu
Jika panjang umurmu,
Bukalah gerai kamarnya ketika sinar sabit muncul
Ketika jam tengah mengarah diantara 11 dan 1
Aku tak mau. . .
Untuk melihatmu menangis dulu
Untuk mendengarmu menyesal dulu
Untuk menghirup aroma maafmu dulu
Mengapa?
Lihatlah jawabannya di balik gerai kamar ibumu
Ketika insan bercanda ria di pulau kapuk
Ketika burung hantu merayakan pesta
Kau selalu ada disetiap doa tahajudnya

Dia,
seorang wanita tua,
seorang pahlawan, bahkan lebih
Bukti nyata. . . Kartini masa kini
Ya, dia korbankan semuanya untukmu
Putra putri dari darah Indonesia
Seorang Ibu


*ketemu lagi sama saya, Annisa Aurora, jadi kita bisa belajar dari puisi tersebut, pandailah menghormati orang tua terutama seorang ibu karena tanpa kalian sadari, nama kalian selalu ada di setiap doa yang beliau harapkan. Love Mom !
*More about me at @auroraisaaa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar