“Kalau
siang panas sekali, sore sedikit sudah hujan deras. Ribet deh….” Sering kali kita mendengar orang sekitar berkata
seperti pernyataan tersebut atau kita juga sering mengatakannya. Tidak salah,
memang beberapa waktu ini cuaca semakin tidak menentu dan sulit diprediksi
jadwalnya. Seperti yang kita ketahui,
jadwal musim yang ada di Indonesia mulai tidak berlaku. Bulan Oktober sampai Maret merupakan waktu
musim hujan, masuk bulan April sampai akhir September musim kemarau tiba. Mengikuti
jejak data rekam cuaca Pos Agroklimat Tembelang diperkirakan hujan turun sampai
akhir Juni padahal April telah masuk jadwal musim kemarau. Mengapa musim tidak
beraturan terjadi? Tidak bukan tidak lain karena perubahan iklim yang didorong
oleh Global Warming.
Apakah
penyebabnya? Apakah karena bumi
semakin tua? Yah, kehidupan di dunia
ini terus berputar. Dapatkah kita membayangkan, bagaimana asal mula kehidupan
di dunia ini, seperti penyebab terjadinya tsunami, gempa serta bagaimana rupa bumi
jika dilihat dari angkasa luar ketika kehidupan di bumi mulai tumbuh subur
yaitu di awal zaman kambrium hingga sekarang?
Bersiaplah
terbang … Oke!
Seratus
tahun yang lalu, para ahli geologi mempelajari bumi dan mengetahui bahwa
sebagian besar batuan berumur sangat tua. Apa ada buktinya? Tentu ada,
contohnya batu bara, dibutuhkan waktu ribuan tahun untuk proses pemampatan di
bawah tanah hingga sisa-sisa tumbuhan purba terbentuk menjadi batu bara.
Pemandangan
yang menakjubkan di langit pada malam hari, terjadi di dalam atmosfer. Kilatan
cahaya terang yang disebut meteor akan terbakar di dalam atmosfer. Ketika
meteorit melintasi atmosfer bumi, meteorit berubah menjadi bola api yang
menakjubkan.
Kebanyakan
cuaca kita bermula di dalam lapisan atmosfer. Panas dan uap air yang bergerak
mengelilingi bumi di dalam lapisan atmosfer, memberi kita pola cuaca dan iklim
yang berbeda.
Tahu
tidak apa yang dimaksud iklim? Iklim berarti cuaca rata-rata di sebuah daerah
tertentu. Ilmu yang mempelajari tentang iklim disebut iklimatologi Nah, sejak dikenalnya iklimatologi para
ilmuwan tengah mempelajari tentang iklim di bumi yang ternyata selalu berubah.
Menurut penelitian yang mengacu pada perubahan zaman es, dapat dikatakan bahwa
perubahan iklim bisa terjadi dengan sendirinya dan secara radikal. Apa
penyebabnya? Panas matahari yang menyengat? Angin topan yang menimbulkan banyak
debu? Pembakaran sampah dan kendaraan bermotor yang menimbulkan asap? Atau ada
sebab lain?
Kandungan
gas di atmosfer yang menjaga temperatur bumi atau bahasa kerennya adalah gas
rumah kaca baru diketahui pada abad ke-19. Gas inilah yang dapat mempengaruhi
perubahan iklim. Gas rumah kaca, apa itu?
Pada
awalnya, gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah kaca sangat dibutuhkan
untuk bumi. Seperti yang kita ketahui,
angkasa luas itu sangatlah dingin. Namun, bumi kita tetap hangat. Nah, inilah hasil dari efek rumah kaca.
Bayangkan jika tidak ada efek rumah kaca! Dipastikan tiada kehidupan di bumi
ini. Efek rumah kaca juga menjaga kestabilan temperatur di bumi kita, yaitu
sekitar 30◦C. Bagaimana efek rumah kaca melakukan tugasnya? Nah, kita ulas ulas lebih dalam. Yuk..!
Ya,
ketika radiasi matahari mencapai atmosfer sebagai panas, radiasi tersebut akan
dipantulkan oleh atmosfer berbentuk sinar inframerah. Kemudian diteruskan ke
permukaan bumi yang akan membuat permukaan bumi hangat. Tentunya permukaan bumi
memantulkan kembali panas tersebut dan sebagian diserap oleh gas rumah kaca
seperti CO2, Metana dan NO di atmosfer. Proses tersebut mencegah panas matahari
terlepas keluar angkasa. Sebagian dari panas akan kembali, sehingga permukaan
bumi tetap hangat.
Memang
efek rumah kaca ini dibutuhkan manusia, hewan dan tumbuhan, tetapi akhir-akhir
ini efek rumah kaca ini membuat pemerintah, ilmuwan, petinggi negara, bahkan
petani menjadi ribut dan gelisah. Bagaimana bisa? Coba lihat sebuah awan di
sekitar kita, terkadang awan tersebut berubah menjadi kumpulan awan yang tebal.
Nah, sama halnya dengan atmosfer yang
mulai memiliki ketebalan yang tidak seimbang. Hal tersebut menyebabkan pantulan
panas dari bumi tidak dapat terlepas ke angkasa dan hanya berkeliling di
lapisan atmosfer bumi dengan kata lain, panas serta gas yang terkandung di
dalamnya turut menambah konsentrasi gas rumah kaca pada lapisan atmosfer. Inilah
penyebab perubahan iklim dan suhu bumi semakin meningkat atau biasa disebut
dengan Global Warming.
Perubahan
yang ekstrim, seperti kekeringan dan badai, terkadang dijelaskan sebagai akibat
dari adanya perubahan iklim. Banyak orang berpikir bahwa pemanasan global banyak
disebabkan aktivitas manusia, lebih tepatnya aktifitas pemanasan oleh manusia yang
dimulai pada tahun 1750. Mobil, pesawat udara, dan pabrik mengeluarkan terlalu
banyak gas pemicu panas ke atmosfer. Apa saja rumah kaca? dan yang termasuk dalam gas pendinginnya?
Ikuti terus!
Radiative Forcing
sebagai alat ukur keadaan iklim global menyatakan bahwa karbon dioksida menjadi
penyumbang utama gas rumah kaca. Gas yang dihasilkan seluruh makhluk hidup
serta penggunaan bahan bakar fosil ini telah meningkat lipatan kali dari batas
normal.
Kita
bisa melihat di sekitar kita, banyak penghasil gas rumah kaca. Namun dewasa
ini, gas rumah kaca yang dihasilkan meningkat lipatan kali. Kendaraan bermotor
meningkat 15% pertahun, dapat dibayangkan berapa peningkatan CO2 yang dapat
melampui batas. Yah, sepetinya semua
tau CFC (Gas chlorofluorocarbons) seperti kulkas, hair dryer dan AC yang menghasilkan pemanasan hingga ribuan kali
dari CO2 yang juga diperkirakan sebagai penyebab lapisan ozon rusak. Adapun gas
metana yang dihasilkan oleh kegiatan di sekitar kita seperti pembakaran bahan
organik, penggemburan tanah, serta lautan.
Banyak juga ya dampak negatif efek rumah kaca, bahkan bumi bisa
hancur karena efek tersebut. Apa efek yang menimbulkan kerusakan yang fatal
bisa menguntungkan? Bisa enggak?
Begitu bermanfaat hutan bagi manusia, namun
manusia tidak bertanggung jawab mengeksploitasi paru-paru kita untuk semata
harta benda. Untuk itu semangat! Hanya sedikit kepedulian dan perhatian, sudah
bisa memberi dampak dan manfaat besar Ayo bergegas! Nah, untuk langkah yang sederhana. Menggunakan listrik dengan bijak,
langkah ini sudah berguna menghemat energi dan mengurangi polusi oleh
penggunaan bahan bakar. Selain itu, mengurangi penggunaan kertas dan kantong
plastik. Dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari seperti menggunakan
kertas tidak berlebihan, menggunakan tas kain, katun, atau kanvas. Agar sedikit
bertahap untuk pengurangan sampah. Untuk yang terakhir, menanam pohon, oke! Inilah yang terpenting Kawan. Sedikit
masyarakat untuk memperhatikan dan mengevaluasi hutan yang kita miliki sehingga
bumi kita sedikit terpedulikan. Dengan memanfaatkan peningkatan gas rumah kaca
melalui fotosintesis tanaman, kita telah melakukan tindakan multiguna. Tumbuhan
kelapa sawit, dapat menyerap 251,9 hn/ha/th. Produktivitas buahnya pun tinggi dan
dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan dari konsumsi, bangunan, kosmetik
bahkan kertas. Begitu sederhana jika kita peduli dengan bumi yang membutuhkan
penyelamatan.
Gas rumah kaca yang menyebabkan efek rumah
kaca memang bermanfaat. Namun, jika terjadi kritis peningkatan gas rumah kaca,
hal tersebut berdampak ganda di antara peningkatan produktiviitas tanaman, juga
penghancuran bumi. Dengan penanggulangan dan kepedulian, sederhana saja tidak
berlebihan, maupun besar-besaran. Seperti yang kita ketahui, kita janganlah
ragu untuk berbuat, berusahalah! Nanti akan terdapat hikmah di balik hal kecil
yang kita lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar